Kamis, 29 Maret 2012


Nama               : Ayu Safitria (2011070039)
Jurusan            : Sastra Indonesia
Dosen              : Ita Rodiah, M.Hum


A.    Teori Evolusi (Charles Darwin)
Tampaknya manusia menghadapi masalah identitas. Ada sebuah keyakinan yang kuat selama bertahun-tahun bahwa nenek moyang kita berasal dari “manusia kera” Evolusi (bahwa makhluk hidup secara berangsur-angsur berubah) pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada makhluk hidup. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya ide tentang teori evolusi telah berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah.
Teori evolusi yang dipelopori oleh Charles Darwin lewat bukunya Origin of the Species pada tahun 1859 telah menyulut perdebatan yang sengit dalam lingkungan ilmiah dan agama. Pemegang teori ini memang memiliki pandangan yang sedikit beragam, namun secara umum teori evolusi bisa dipahami sebagai pandangan yang menyatakan bahwa manusia berasal dari suatu proses evolusi yang panjang, dimulai dari zat yang paling sederhana sampai terbentuknya makhluk yang sangat kompleks yang disebut “manusia”. Keberadaan zat hidup pertama ini biasanya dipahami sebagai hasil dari sebuah peristiwa alam yang kebetulan dan tiba-tiba. Proses yang diperlukan untuk evolusi ini bisa memakan waktu berjuta-juta tahun.
            Paham evolusi sebenarnya tidak layak disebut sebagai “teori”, karena pandangan ini belum terbukti secara ilmiah. Paham ini lebih tepat disebut sebagai sebuah hipotesa (dugaan ilmiah yang masih memerlukan pembuktian). Lebih jauh daripada itu, hukum alamiah dan penemuan modern ilmu pengetahuan justru bertentangan dengan paham evolusi. Tidak heran, sebagian besar pakar ilmu pengetahuan yang ateis (tidak percaya adanya Tuhan) sekarang bahkan mencari solusi lain untuk menjelaskan misteri keberadaan manusia. Berikut adalah fosil-fosil yang diduga sebagai mata rantai yang hilang.
a.       Manusia Piltdown: hasil rekayasa rekonstruksi yang menggabungkan sebuah rahang kera dengan tengkorak manusia, kemudian diberi warna yang sama.
b.      Manusia Jawa: para ahli modern menolak istilah ini. Mereka meyakini bahwa yang terjadi sebenarnya hanyalah seorang manusia dan kera ditemukan di tempat yang sama. Fosil-fosil keduanya kemudian direkontruksi menjadi “manusia Jawa purba” yang dipercaya menjadi mata rantai dari binatang ke manusia.
c.       Manusia Peking: alat-alat dan tulang-tulang manusia ditemukan di dekat kera-kera yang otaknya dimakan manusia (orang di daerah tersebut memang memiliki kebiasaan memakan otak kera).
d.      Lucy: ia diklasifikasi ulang sebagai salah satu jenis kera yang sudah punah.
e.       Ramapithecus: sebuah rahang dan geligi-geligi yang akhirnya dinyatakan bukan berasal dari manusia, melainkan dari orang utan.

            Darwin berada di Kepulauan Galapagos selama kurang lebih 2 bulan dan melakukan berbagai pengamatan terhadap bermacam hewan yang ada di kepulauan terpencil itu. Melalui pengamatan ini, dan juga berbagai pengamatan lanjutan yang dilakukannya selama puluhan tahun atas koleksi hewan dan tumbuhan yang diperolehnyalah Darwin membentuk embrio teori evolusi. Pada 1859, Darwin menerbitkan "On the Origin of Species by means of Natural Selection", yang menyajikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kehidupan telah berevolusi sepanjang sejarahnya dan bahwa mekanisme yang menyebabkan terjadinya evolusi adalah seleksi alam. Menurut Ernst Mayr (2001), Darwin mengajukan lima teori perihal evolusi: 
1. Bahwa kehidupan tidak tetap sama sejak awal keberadaannya
2. Kesamaan leluhur bagi semua makhluk hidup
3. Evolusi bersifat gradual (berangsur-angsur)
4. Terjadi pertambahan jumlah spesies dan percabangan garis keturunan
5. Seleksi alam merupakan mekanisme evolusi.

B.     Biografi Charles Darwin

Memang benar seperti yang ditulis oleh Richard Dawkins, “Darwin made it possible to be an intellectually fulfilled atheist” (Darwin memungkinkan seseorang menjadi seorang ateis yang puas secara intelektual).
Darwin lahir bersamaan dengan Abraham Lincoln, 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Charles Darwin penemu teori evolusi organik dalam arti seleksi alamiah ini pada umur enam belas tahun masuk Universitas Edinburg belajar kedokteran, tetapi baik kedokteran maupun anatomi dianggapnya ilmu yang bikin jemu. Tak lama kemudian dia pindah ke Cambridge belajar unsur administrasi perkantoran. Walau begitu, berburu dan naik kuda di Cambridge jauh lebih digemarinya ketimbang belajar ilmu itu. Dan walaupun begitu, dia toh masih bisa memikat perhatian salah satu mahagurunya yang mendorongnya supaya ikut dalam pelayaran penyelidikan di atas kapal H.M.S. Beagle sebagai seorang naturalis. Sebagai tanda pengakuan terhadap kehebatan Darwin, ia dikebumikan di Westminster Abbey, bersama dengan William Herschel dan Isaac Newton.

C.    Sanggahan Harun Yahya tentang Teori Evolusi
Mengcounter teori evolusinya Darwin, Harun Yahya yang konsern mengadakan penelitian dan menulis buku-buku keislaman jelas merasa keberatan dengan evolusi Darwin tersebut. Dengan teorinya yang secara khusus membantah teori Darwin yang fenomenal sekaligus kontrovesial itu Harun Yahya banyak menyebutkan dan mengalirkan data-data yang menggugurkan teori evolusi yang telah banyak disembah orang selama berabad-abad silam. Hal bantahan tersebut misalnya, Teori pembentuk evolusi itu, ternyata jika diamati secara mendalam banyak sekali contoh adanya rancangan yang seolah by design atau disengaja oleh Sang Maha Pengatur. Dari beragam bukti ilmiah yang di temukan para ilmuwan tak ada indikasi yang menyeret bahwa makhluk hidup terbentuk melalui proses evolusi dimana makhluk hidup yang berbeda tak muncul ke muka bumi dengan jalan berevolusi. Sebaliknya, by design dari rancangan Tuhan secara nyata dibuktikan dengan munculnya spesies makhluk hidup yang muncul secara serentak dan bersama-sama dengan sempurna. Misalnya reptile, dari awal kemunculan memiliki bentuk sebagaimana reptile yang ada saat ini, tidak merupakan evolusi dari bentuknya semula sebagai bukan reptile. Dan masih banyak dalil lain yang mengungkap dari teori evolusi menurut Harun Yahya yang ternyata jika dikaji lebih mendalam lebih masuk akal dan diakui oleh berbagai ilmuwan barat sekali pun.
 Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia. Jika ilmuwan yang sama melewati sebuah jalan datar, dan menemukan tiga buah batu bata bertumpuk rapi, tentunya ia tidak akan pernah menganggap bahwa ketiga batu bata tersebut terbentuk secara kebetulan dan selanjutnya menyusun diri menjadi tumpukan, juga secara kebetulan. Sudah pasti, siapa pun yang membuat pernyataan seperti itu akan dianggap tidak waras.
            Mereka yang terus-menerus mengabaikan tanda-tanda dan bukti-bukti nyata keberadaan Pencipta akan kehilangan seluruh kepekaan. Mereka terperangkap dalam kepercayaan diri yang menyesatkan akibat memudarnya kepekaan, dan akhirnya menjadi pendukung kemustahilan. Contohnya Richard Dawkins, seorang evolusionis terkemuka yang menyeru umat Kristen untuk tidak meyakini mukjizat, bahkan jika mereka melihat patung Bunda Maria melambaikan tangannya. Menurut Dawkin, "Mungkin saja semua atom penyusun lengan patung itu kebetulan bergerak ke arah yang sama pada saat bersamaan - suatu kejadian dengan probabilitas teramat kecil, tetapi mungkin terjadi."
            Masalah psikis orang-orang yang tidak beriman telah ada sepanjang sejarah. Dalam Al Quran dinyatakan: "Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Al An'aam, 6: 111)

Minggu, 04 Maret 2012

EMOSI


EMOSI

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhii Salah Satu Nilai Mata Kuliah Pengetahuan Lintas Budaya



Oleh:
Kelompok 12
Ayu Safitria
Friansyah




FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2012



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya dengan judul Emosi.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami meminta kritikan dan saran dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan kembali makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusuna makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

                                                                        Tangerang, 28 Februari 2012

                                                                                         Penulis






BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Kebudayaan adalah pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk prilaku, kepercayaan, nilai, dan symbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu generasi ke generasi berikutnya.[1]
Pentingnya emosi dalam kehidupan dan perilaku manusia diakui secara luas dalam psikologi. Emosi memberi warna pada hidup, menjadikannya penuh makna. Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku. Ekspresi emosi juga penting dalam komunikasi dan memainkan peran penting dalam interaksi sosial.[2]
Setiap manusia memiliki emosi, memberinya identitas dan sepertinya harus belajar beradaptasi serta mengontrol emosinya. Mengkaitkan emosi dengan individu adalah berbicara mengenai variasi setiap orang. Bagaimana kita mendefinisikan emosi, seberapa penting kita memandangnya, bagaimana kita mengelolanya, merasakannya, menerimanya dan mengekspresikannya, setiap orang adalah berbeda dan unik. Berbicara mengenai individu manusia tentu tidak lepas dari konteks budaya dalam hidupnya. Bagaimana pun keduanya adalah saling mempengaruhi. Begitupun kaitannya dengan emosi, setiap budaya adalah unik dan berbeda dalam bagaimana budaya tersebut memberi arti, melihat, mengelola, dan mengekspresikan emosinya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimanakah perbedaan ataupun persamaan setiap budaya dalam konsep emosinya.

1.2.  Tujuan
     1.2.1. Tujuan Umum
          Tujuan yang ingin dicapai terutama bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengatahuan sekaligus memberi masukan tentang emosi seseorang. Dan dengan harapan kepada pembaca setelah membacanya agar dapat menerapkannya dan mempelajari dalam kehidupan sehari-hari.
     1.2.2. Tujuan Khusus
          Tujuan yang ingin dicapai penulis untuk memahami dan dapat memberi penjelasan kepada mahasiswa tentang makalah ini dan mempertanggung jawabkannya pada persentasi. Dan memenuhi salah satu nilai mata kuliah Pengetahuan Lintas Budaya.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Emosi
Konsep emosi adalah sesuatu yang khas untuk budaya-budaya tertentu saja.  Seperti saya misalnya dulu saya mengatakan bahwa orang Jawa itu keras dan hemat, tetapi kenyataan yang saya alami, ayah saya orang Jawa dan dia sangat lembut bahkan orangnya sangat royal sekali. Pada umumnya sifat orang Jawa sendiri ialah pekerja keras, rajin dan ramah. [3]
Emosi adalah perasaan intens yang di tunjukan kepada seseorang atau sesuatu,emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian,emosi dapat ditunjukan ketika merasa senang mengenai sesuatu marah kepada seseorang ataupun takut terhadap sesuatu.kata emosi dari kata bahasa perancis emotion, dari emouvoir, kegembiraan dari bahasa latin emovere, dari e-(varian eks-) luar dan movere bergerak, kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu dari pada suasana hati, sebagai contoh bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah, perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak cukup baik, orang-orang cenderung merasa bahagia  ketika system limbic mereka secara relatif tidak aktif, system limbic orang tidaklah sama, system limbic yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, kususnya ketika mereka memperoleh informasi yang negatif.

Pengertian emosi itu sendiri adalah  keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional.

Adapun beberapa teori umum, yaitu:
  1. Teori Thomkins, menyatakan bahwa emosi bersifat adaptif secara evousioner dan bahwa ekspresinya merupakan bawaan biologis dan bersifat universal pada semua orang di budaya manapun.
  2. Teori Ekman (1972) dan Izard (1971), menyatakan bahwa setidaknya terdapat enam ekspresi wajah emosi yang pankultural atau universal, seperti marah, jijik, takut, sedih, dan terkejut.

2.2. Ekspresi Emosi

      Penelitian Lintas Budaya tentang ekspresi emosi pada umumnya terfokus pada ekspresi wajah. Meski keuniversalan beberapa ekspresi wajah emosi kini telah mapan diterima dalam psikologi, banyak ilmuwan social dan orang awam yang sudah lama mengetahui bahwa orang dari budaya yang berbeda mungkin saja dan memang, berbeda dalam ekspresi emosi meraka.[4]
     
Ekspresi wajah. Mengapa Anda bisa tahu seseorang sedang bahagia atau sedih? Sebab emosi bahagia dan sedih itu diekspresikan melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajah seseorang, Anda sering tepat menebak emosi yang dialami orang itu. Anda tahu wajah seseorang yang sedang marah, sedih, bahagia, takut atau terkejut. Pasti berbeda wajah ditunjukkan pada saat marah dan pada saat sedih.
Ekspresi vokal. Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.
Perubahan fisiologis. Saat Anda merasakan emosi terdapat perubahan fisiologis yang mengiringi baik yang bisa Anda rasakan maupun tidak. Pada saat takut, Anda mungkin merasakan detak jantung meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar, bulu kuduk merinding, otot wajah menegang, berkeringat, kencing di celana, dan sebagainya. Perubahan-perubahan itu tidak jarang juga diketahui orang lain.
            Gerak dan isyarat tubuh. Begitulah, emosi diekspresikan dalam gerak dan isyarat tubuh. Kita kadang cukup tahu seseorang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Seseorang yang gugup menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan tidak perlu, sering melakukan kesalahan, berkeringat dan semacamnya. Orang yang jatuh cinta menatap yang dicintai lebih sering, duduk condong padanya, tersenyum lebih lebar dan lainnya.
Tindakan-tindakan emosional. Pada saat mengalami emosi, kadang seseorang hanya diam saja. Tapi, diam pun adalah tindakan yang mencerminkan keadaan emosional. Beberapa tindakan emosional lain misalnya saat takut meringkuk di bawah meja, saat sedih menangis, saat marah membanting gelas, saat kecewa menyalahkan orang lain, saat tersinggung memaki, dan lainnya.

      Dengan demikian, meskipun ekspresi wajah universal itu secara biologis bersifat bawaan sebagai protitipe raut wajah pada semua orang, budaya punya pengaruh besar pada ekspresi emosi lewat aturan-aturan pengungkapan yang dipelajari secara kultural. Karena kebanyakan interaksi antar manusia pada hakekatnya bersifat social, kita harus memahami bahwa perbedaan kultural dalam aturn pengungkapan ini berlaku dalam kebanyakan, atau bahkan setiap kesempatan. Orang-orang dari latar belakang berbeda dapat, dan memang, megekspresikan emosi secara berbeda.[5]

      Jadi budaya besar pengaruhnya terhadap ekspresi emosi seseorang, seperti tadi yang dicontohkan pada dasarnya orang Jawa sangat lembut tutur katanya tetapi saat dia marah dapat sangat keras sekali dan tegas sekali. Hal tersebut pengungkapan kultural dari budayanya, berbeda dengan ibu saya dengan budaya Sunda yang pada saat marah atau ekspresi apapun tetap lembut karna memang budayanya menampilkan emosi negatif dianggap sebagai sesuatu yang  kurang benar secara kultural. Hal ini menunjukan perbedaan etnis dalam aturan pengungkapan yang memang sudah ada pada budayanya masing-masing
      Sedangkan cerita menurut salah satu teman saya yang memiliki keturunan Betawi, bahwa ayah dan ibunya yang merupakan orang asli Betawi sekarang sudah tidak nampak ciri khas Betawinya terlebih dari segi bahasanya. Meraka cenderung berbahasa Indonesia lazim biasanya dan begitu saja menghilangan logat Betawinya karna mereka tinggal di Tanggerang yang berbaur dengan kebanyakan orang Sunda dan Jawa. Berbeda dengan kakek dan neneknya yang tinggal di Jakarta, sama sekali tidak berubah pola berbahasanya yang khas sekali orang Betawi. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan pula bahwa tingakatan emosi seseorang, cara berbahasa seseorang sangat dipengaruhi oleh ligkungannya.

2.3. Pandangan Emosi

Ada dua hal daalam pandangan emosi, yang pertama adalah pengalaman emosi yakni kondisi subjektif,perasaan dalam diri kita.yang kedua ekspresi kita atas emosi melalui suara, wajah, bahasa atau sikap tubuh. Sebagian ahli menyebutkan bahwa emosi sebenarnya terdiri dari sedikit emosi dasar saja, selebihnya adalah perpaduan antara emosi-emosi dasar itu. Seorang ahli psikologi menunjukan bahwa manusia memiliki 6 emosi dasar yaitu takut, marah, sedih, bahagia, jijik dan terkejut. Emosi dasar itu dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari budaya manapun juga. Selain membedakan emosi berdasarkan emosi dasar atau perimer dan emosi turunan atau sekunder, emosi juga dapat di bedakan satu sama lain dengan kategori tertentu istilahnya adalah peta emosi, salah satu pengategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan scenario kognitif yang dimiliki seseorang terhadap emosi yang dialami. Misalnya dibedakan berdasarkan kejadian-kejadian yang menyebabkan emosi, berdasarkan nilai negatif dan positif, berdasarkan kedekatan makna antara kata-kata emosi.
Pembagian emosi berdasarkan nilai positif dan negative. Emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif. Diantara keduanya terdapat nilai netral. Emosi netral adalah kategori emosi yang tidak dapat di golongkan posisinya, terkadang bisa sebagian emosi positif bisa juga sebagai emosi negative. Seperti misalnya terkejut dan heran. Emosi positif berperan dalam munculnya kesejahteraan emosional dan memfasilitasi dalam pengaturan emosi negatif. Emosi yang bernilai positif diantaranya adalah sayang, suka, bahagia, gembira, senang dan lain-lain. Emosi negatif menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. Biasanya, orang menekankan pada emosi yang negatif, lebih cenderung untuk memperhatikan emosi-emosi yang bernilai buruk atau negatif. Misalnya sedih, marah, cemas, tersinggung, bencitakut, curiga dan lain sebagainya.[6]











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Setiap manusia memiliki emosi, memberinya identitas dan sepertinya harus belajar beradaptasi serta mengontrol emosinya. Mengkaitkan emosi dengan individu adalah berbicara mengenai variasi setiap orang. Bagaimana kita mendefinisikan emosi, seberapa penting kita memandangnya, bagaimana kita mengelolanya, merasakannya, menerimanya dan mengekspresikannya, setiap orang adalah berbeda dan unik. Berbicara mengenai individu manusia tentu tidak lepas dari konteks budaya dalam hidupnya.
B. Saran
Saran untuk mahasiswa agar dapat lebih memahami isi dari makalah ini, dan dijadikan informasi atau ilmu yang sangat bermanfaat sekali. Sedangkan untuk dosen pembimbing mata kuliah ini agar dapat menjelaskan kembali materi emosi ini karena bahwasanya kami anggota kelompok sangat kurang sekali memahaminya.









DAFTAR ISI

Liliweri, Ali, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002).
Matsumoto, David Pengantar Psikologi Lintas Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994).

Sumber Internet
Nasrulchair.wordpress.com/tag/emosi/,www.bappedajakarta.go.id,



[1] Ali Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2002), h.8
[2] David Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h.177.
[3] http://id.wikipedia.arg/wiki/
[4] Ibid, h. 186.
[5] Ibid, h. 189.
[6] Nasrulchair.wordpress.com/tag/emosi/,www.bappedajakarta.go.id.